Kemacetan di Ibu Kota Kian Parah

Kemacetan yang terjadi di ibu kota Jakarta kian parah. Jalan-jalan utama hingga jalan-jalan kecil pun kini penuh dengan kendaraan. Bus transjakarta, yang menjadi salah satu solusi kemacetan, justru kini menimbulkan kemacetan baru di berbagai ruas jalan yang dilalui.Titik terparah terjadi di gerbang tol Slipi dan gerbang tol Tanjung Duren. Di dekat gerbang tol Slipi terjadi pertemuan kendaraan dari empat ruas jalan, yaitu arah Cawang, Permata Hijau, Palmerah, dan kendaraan yang berputar balik dari Grogol. Polres Jakarta Pusat memetakan titik-titik rawan macet di semua kecamatan. Kemacetan ada di Jalan Tambak, Sabang, Agus Salim, Kramat Raya, Salemba Raya, Bungur Raya, Raya Caringin, Hayam Wuruk, Gunung Sahari, Samanhudi, Angkasa, dan Garuda. Kemacetan di Ibu Kota juga berimbas ke daerah sekitarnya, seperti Kota Tangerang yang memiliki 35 titik kemacetan.

Dinas Perhubungan DKI Jakarta mencatat kebutuhan perjalanan di DKI 20,7 juta perjalanan per hari. Pertumbuhan kendaraan pribadi tinggi, yakni 6,6 juta unit (98,5 persen) dari total pertambahan kendaraan. Pertambahan angkutan umum 91.082 unit (1,5 persen). Kemacetan ini menyumbangkan biaya besar yang harus ditanggung warga, sekitar Rp 35 triliun per tahun. Biaya itu termasuk pemborosan bahan bakar minyak, perbaikan kendaraan, biaya kesehatan, penurunan produktivitas, polusi udara, serta transaksi yang tertunda. Untuk mengatasi kemacetan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus fokus membenahi transportasi yang ada. Hal itu lebih mudah ketimbang membangun infrastruktur transportasi baru. Demikian pendapat Profesor Jose A Gomez-Ibanez dari John F Kennedy School of Government Harvard University dalam dialog yang diadakan Nusantara Infrastructure.

posted by http://www.ordtraining.com via BB

Leave a comment